Berikutadalah kisah yang menggambarkan kesabaran nabi Ayyub Nabi Ayyub menggambarkan sosok manusia paling sabar. Bahkan, bisa dikatakan bahwa beliau berada di puncak kesabaran. Allah Swt. telah memujinya dalam Al-Qur'an surat Sad ayat 44 yang berarti "Sesungguhnya kami dapat dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ada momen yang menarik pada saat Upacara hari guru di sekolah, Pembina upacara pada saat memberikan amanat menunjuk beberapa perwakilan kelas untuk menyampaikan pesan dan kesannya terhadap hari guru. Putra dari kelas IX maju pertama kali kemudian disusul Zahtan dari kelas VIII kemudian Kayla dari kelas VII ditambah lagi Dede dari kelas IX. Mereka disuruh untuk menyampaikan pesan dan kesannya. Untuk kesan mereka semua menyampaikan rasa terimakasih kepada guru-guru dan merasa bersyukur bisa merasakan Sekolah seperti saat ini. Sedangkan pesannya mereka bertiga juga menyampaikan pesan yang sama bahwa bapak ibu guru harus menjadi guru yang sabar dan dikuatkan lagi pesan dari Ananda Dede bahwa bapak ibu guru dimohon untuk bersabar dan lebih bersabar lagi menghadapi anak-anak dalam kegiatan pembelajaran. Dari isi pesan yang disampaikan murid, penulis menggaris bawahi bahwa jadi guru yang sabar dalam menghadapi murid di kelas terutama pada saat kegiatan pembelajaran. Penulis mencoba memahami apa yang sebenarnya diinginkan murid tersebut adalah sebuah kewajaran mengingat pada masa pandemi covid 19 pembelajaran sempat terhenti dan terganggu sehingga murid mengalami kesulitan dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru sehingga perlu kesabaran dalam menghadapi murid di kelas. Guru yang sabar adalah guru yang dicintai murid-muridnya. Hal ini membuat murid dapat lebih mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru dan akan memberikan kesan yang mendalam sampai murid tersebut lulus dalam pendidikannya, dengan demikian tujuan dari pendidikan dan pembelajaran akan dapat tercapai dengan beberapa usaha agar menjadi guru yang sabar agar dicintai murid diantaranya adalah Tumbuhkan kesadaran bahwa setiap murid itu unik dan istimewa, bersikap sabar tidaklah semudah mengucapkannya apalagi dalam sebuah tindakan. Seorang guru yang sabar harus bisa memahami karakteristik muridnya bahwa mereka adalah unik dan istimewa. murid yang dihadapi bukan hanya satu atau dua orang tapi ratusan dan mereka memiliki keunikan masing-masing, yang tidak mungkin disamaratakan. kesadaran bersumber dari hati nurani,agar dapat memahami karakteristik murid yang unik dan istimewa maka seorang guru harus berinteraksi dengan baik agar tumbuh kesadaran bahwa setiap murid itu unik dan istimewaLuruskan niat, menjadi seorang guru bukan hanya sekedar profesi saja yang dapat penghasilan akan tetapi lebih dari itu, diantaranya bagaimana seorang guru dapat mendidik dan mengajar murid agar dapat memiliki kemampuan sesuai yang ditentukan. seorang guru akan bangga jika muridnya dapat berkontribusi bagi bangsa dan negara, ilmu yang disampaikan bermanfaat dan berguna bagi kehidupannya, oleh karena itulah dengan meluruskan niat bahwa menjadi guru juga termasuk ibadah maka kesabaran menjadi point utama seorang guru dan kesabaran sangat dibutuhkan dalam mendidik dan mengajar murid dengan segala komunikasi yang baik, dengan komunikasi yang baik dan sehat maka dapat membentuk hubungan emosional dimana hal tersebut akan membuat hubungan menjadi lebih bermakna. Oleh karenanya komunikasi antara guru dengan murid harus terjalin dengan baik, seorang guru yang sabar bukan berarti tidak marah-marah saja akan tetapi bisa membangun interaksi yang efektif dengan murid sehingga seorang guru tidak gampang menyalahkan murid akan tetapi bisa memahami apa yang dirasakan oleh berpikir positif, seorang guru yang sabar harus mempunyai pikiran yang positif terhadap muridnya terutama dalam menghadapi murid yang bermasalah. seorang guru perlu membangun pemikiran bahwa semua anak itu adalah baik sehingga jika mendapati murid yang tidak baik maka tinggal digali apa penyebab murid berbuat tidak baik, jangan selalu menghakimi bahwa anak itu salah dan tidak benar tanpa mencari tahu pokok melakukan refleksi dan evaluasi, salah satu kewajiban atau tugas pokok seorang guru adalah melakukan refleksi dan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan tugas kita dari awal sampai akhir kegiatan, dengan merefleksi dan mengevaluasi maka guru mengetahui apa kelemahan dan kelebihannya sehingga akan dapat memperbaiki kelemahannya pada pertemuan berikutnya dan mempertahankan kelebihannya bahkan ditingkatkan lagi. Refleksi bisa dilakukan dengan meminta murid untuk menilai proses pelaksanaan kegiatan seorang guru baik secara lisan maupun tulisan, sehingga hasil refleksi bisa kita analisa dan dijadikan acuan untuk memperbaikinya. Menjadi seorang guru adalah profesi mulia dengan memiliki kesabaran maka seorang guru akan dicintai murid, dampak positifnya murid dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan nyaman dan menyenangkan tanpa ada perasaan takut dan paksaan. Maka terus berproseslah semua guru untuk memiliki tingkat kesabaran yang setinggi-tingginya dan tanamkan niat bahwa kerja itu adalah ibadah yang tidak mudah untuk lelah dan gundah. Tanamkan terus ajaran Ki Hajar Dewantara "Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani". selamat hari Guru Nasional Lihat Pendidikan Selengkapnya
Kalimatyang memiliki arti, "saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran ," ini memang memiliki arti yang sangat dalam. Biasanya, kalimat ini digunakan untuk mengajak kita untuk saling menasihati. Nasihat memang penting untuk dilakukan. Ibu menasihati anaknya, guru menasihati siswanya.
Contoh Cerpen Hari Guru akan kamu temukan dalam artikel ini secara lengkap. Karena kali ini saya akan membahas mengenai berbagai contoh cerpen singkat yang memuat banyak pesan moral. Jika kamu sedang mencari referensi cerpen. Kamu sudah mengunjungi artikel yang tepat. Simak yuk! Kumpulan Contoh Cerpen Hari Guru & Pendidikan berikut merupakan kumpulan contoh cerpen hari guru dan pendidikan, diantaranya adalah 1. “Guru Tulus” Namanya Bu Aisyah. Ia merupakan guru yang mengajar di sebuah TK di kampung kami. Ia sudah mengabdikan dirinya secara tulus selama 12 tahun di TK tersebut. Karena susahnya mencari guru tidak ada yang mau menggantikan beliau meski ia sudah tua. Ya usianya kini sudah hampir mau 40 tahun namun ia masih bersemangat. Dan suatu ketika ada seorang anak yang BAB di celana anak itu menangis dan di olok-olok oleh teman-temannya. Namun Bu Aisyah tanpa jijik ia membersihkan anak tersebut dan menenangkannya. 25 tahun kejadian itu telah berlalu. Kini beliau sudah pensiun dan mulai sakit-sakitan. Namun, suatu hari ia kedatangan tamu seorang lelaki tampan dan gagah dan memakai seragam polisi. Usut punya usut ternyata lelaki tersebut adalah sang murid yang Bu Aisyah dulu bersihkan saat BAB di celana. Lelaki tersebut selalu mengenang kejadian itu saat yang lain menjauhiku hanya Ibu yang dengan tulus membantuku ia mengucapkan banyak terima kasih. 2. “Pentingnya Pendidikan” Aku merupakan seorang guru Biologi di SMA. Namaku adalah Ferdian dan biasa di panggil pak dian jika di sekolah. Aku merupakan guru PNS yang telah di angkat dari 5 tahun yang lalu. Di kampungku guru PNS merupakan seorang yang dibilang sudah mapan. Sehingga jabatan itu sangat di pandang tinggi oleh sebagian warga kampungku. Tidak mudah aku mendapatkan gelar ini. Banyak perjuangan yang telah aku hadapi. Dari mulai bekerja serabutan untuk biaya sekolah mulai dari SMA hingga kuliah. Membantu pekerjaan orang tua, meyakinkan mereka untuk aku terus melanjutkan sekolah. Saat dihadapan siswa siswiku aku bercerita pengalaman pahitku dalam menimba ilmu. Dan pengalaman tersebut tidak menjadikanku putus asa namun dijadikan motifasi agar lebih giat lagi dalam belajar. Aku selalu menanamkan bahwa pendidikan sangatlah penting. Kejarlah cita-cita kalian. Karena tiada usaha yang akan menghianati hasil. Dan mereka pun bersemangat kembali untuk belajar. 3. “Susahnya Mencari Pekerjaan Dian berusia 18 tahun ia berasal dari keluarga sederhana yang ingin mewujudkan cita-citanya. Dan ia meminta dukungan bahwa ia ingin melanjutkan pendidikannya. Namun, mencari pekerjaan sangat lah sulit. Dengan semangat yang membara Dian mencari setiap lowongan pekerjaan dan ia memasukan semua Cv nya ke setiap perusaahn. Dan suatu hari ia berhasil dapat panggilan untuk wawancara dan Dian bersaha menjawab semua pertanyaan dengan baik. Dan akhirnya berhasil di terima karena Dian ingin melanjutkan kuliah ia bekerja di siang hari dan malamnya ia kuliah malam. 4 tahun sudah berlalu meski lelah namun ia tetap memiliki harapan dan akhirnya ia lulus dari universitasnya. Selain itu Dian mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus jabatannya. Bahwa usaha tidak akan menghianati hasil hanya orang pekerja keraslah yang akan sukses dan Dian membuktikan hal tersebut. 4. “MENGAPA BUKAN IBU GURU SAJA” Rani, coba kamu ke depan dan kerjakan soal berikut ini?” “Rani kan udah bu tadi, kenapa harus Rani terus.” Bu Guru yang mendengar penolakan itu lalu memilih siswa lain yang ingin menjawab soal tersebut. Dan majulah Dani yang akan menjawab soal tersebut. Lalu soal yang kedua dikerjakan oleh Mahesa. Dan lagi-lagi bu Guru meminta Rani untuk menjawab soal kedua. Ini soal yang sangat mudah. “Rani kan sudah dapat nilai 100 bu. Rasanya Rani sudah cukup mengerti dengan materi ini.” “Ya sudah, kali ini ibu meminta Budi yang mengerjakan.” Berbeda dengan Rani Budi bersemangat mengerjakan. Setelah Budi mengerkana soalnya ia pun mengajukan pertanyaan kepada siswa. “Anak-anak sekalian, pernahkah kalian melihat pedagang buah mangga di pasar tradisional? “Pernah, Bu”“Apakah mangganya di jamin manis?”“Ada yang manis dan juga yang asam, Bu.” “Nah, coba kalian amati pedagang tersebut. Walaupun menjual mangga yang manis, para pedagang tidak segan mengorbankan sebuah mangga untuk di cicipi oleh calon pembeli. Apakah kalian tahu alasannya?” “Demi bisa memastikan bahwa mangganya benar-benar manis, iya kan Bu” jawab Rani. “Lho, tapikan tadi pedagangnya sudah bilang manis?” “Oke anak-anak, jadi kalian sudah mengerti kan mengapa ibu menguji kalian untuk mengerjakan di papan tulis?” “Mengerti.” Termasuk Rani ia mulai paham dengan apa yang di lakukan oleh Bu Guru. “Bu, bolehkah bertanya?”“Iya, Rani” “Begini, Bu,. Ibu kan sudah tahu tentang jawaban yang benar dan salah dari setiap soal mengapa tidak ibu saja yang mengerjakan dan langsung memberi tahu kami jawabannya. Bukankah hal tersebut lebih simple, Bu?” Bu guru pun tersenyum dan menghela nafas menjawab pertanyaan dari seorang murid yang kadang angkuh dan aktif tersebut. Dan ia mulai menjawab. “Baiklah, anak-anak sekalian. Karena tadi kita membahas mangga kita lanjutkan. Begini, sebelum menjawab pertanyaan Rani ibu mau bertanya kepada kalian mengapa pekebun mangga malah menjual mangganya ke pasar atau ke gudang buah?” “Tentu saja agar mendapat keuntungan, Bu”“Lho, bukannya mangga tersebut bisa di konsumsi sendiri?”Rani pun menjawab“Waduh, pasti bosan si pekebun karena makan mangga setiap hari. bisa juga mereka mengalami kerugian” “Nah, betul sekali. Pas jawabannya. Bu Guru maupun seluruh guru di dunia ini tidak ada bedanya dengan pedagang mangga. Jika ibu hanya memakan ilmu untuk ibu sendiri, maka sudah barang tentu diri ini akan mengalami kerugian karena memberi sedikit manfaat pada orang lain.” Bel pun berbunyi menandakan usainya pembelajaran dan dengan penjelasan ibu guru tadi Rani dan kawan-kawannya paham tentang analogi mangga dengan pendidikan yang dilakukan oleh seorang guru. 5. PASTI BISA Aku bernama Diandra aku memiliki cita-cita yaitu menjadi seorang dokter. Aku sadar bahwa aku bukanlah keturunan orang yang kaya raya namun aku bertekad untuk terus berusaha menggapai impianku itu. Prestasi di kelasku cukup bagus aku selalu mendapatka peringkat pertama juara kelas belum ada yang bisa mengalahkan prestasiku ini. Kegemaranku yang selalu berada di perpustakaan selalu membuat aku dijuluki si kutu buku. Karena disanalah aku akan mudah dicari. Namun ketika aku lulus aku belum memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah sesuai dengan jurusan yang aku mau. Di suatu hari aku melihat ada sebuah postingan seorang dokter anak bernama Vindy Ruslianti menjadi dokter itu mudah syaratnya Cuma satu yaitu harus Pintar dan Pintar banget. Sekarang banyak perkuliahan kedokteran yang dikhususkan untuk anak-anak yang cerdas dari golongan menengah kebawah. Aku coba mengikuti tes yang di share oleh dokter tersebut dan alhamdulillah aku lolos dan di terima di fakultas kedokteran tersebut. Setelah aku lulus aku akan membuka prkatek di kota tempat tinggalku yaitu Bandung. Selagi ada kesempatan jangan ragu untuk mencoba kamu pasti bisa. Terus menjadi penyemangat diri sendiri karena dirimu akan berubah jika ada tekad dalam dirimu sendiri. 6. GURU HONOR Namanya Arifin ia merupakan seorang guru honor di sebuah SDN Negri di sebuah kota garut. Ia yang merupakan guru muda yang baru saja masuk mengajar. Dan hari ini ia mendapatkan gaji pertamanya menjadi seorang guru. Ia memposting gajiannya di sebuah sosial media. sambil memperlihatkan ia membuka amplop yang di dalamnya terdapat uang 3 lembar dengan pecahan Rp. dan ia bilang akan menggunakan uang gajian pertamannya untuk membantu salah satu siswa yang tidak mampu. Dan kebetulan di SD tersebut ada seorang anak dengan pakaian lusuh dan memiliki dasi yang sudah melar dengan topi yang sudah robek di bagian sisinya. Dan guru tersebut bilang ia akan menggunakan sebagian uang itu untuk membeli perlengkapan sekolah anak tersebut. Dan unggahan tersebut sangat viral. Dimana semua orang tahu gaji guru honorer ternyata sangatlah jauh di batas kata wajar untuk sebuah gaji. Dibandingkan dengan pengorbanan mereka untuk mencapai pendidikan dan ingin menjadi seorang guru. 7. GURUKU Bu Aini adalah seorang guru di sebuah MA Swasta di di sebuah kota Bogor. Ia merupakan seorang guru yang ramah dan di cintai semua muridnya. Ia memiliki wajah yang cantik dan prilaku yang baik. Usianya kini sudah mau jalan 27 tahun. Namun, belum juga menikah. Di hari guru ia merupakan guru yang paling banyak mendapatkan hadiah karena ia menjadi guru paporit di sekolah tersebut. 5 tahun telah berlalu setelah aku keluar dan lulus dari universitas kedokteran aku mengunjungi sekolah tersebut dan bertemu dangan Bu Aini yang kini telah menjadi janda. Dan rasa kagumku dari dulu tidak pernah berubah. Dan suatu hari akulah yang menjadi pembimbing bu Aini. Ya, aku menikahinya. Dan ia menerima aku sebagai pendamping hidupnya. Oh Guruku kau ku kagumi dan aku banggakan. Kisah kami tiada yang menyangka tapi itulah kebenarannya. Seperti novel muridku suamiku. 8. PERCAYA DIRI ITU PENTING Aku Linda siswa SMAN Pertiwi. Sekolah kami mengadakan lomba menyanyi. Namun tidak ada perwakilan dari kelas XI A ini. Dan bu guru Aini mendatangi kelas kami dan menanyakan mengapa kelas ini tidak ada perwakilan menyanyi. Tidak ada yang menjawab karena tidak percaya diri suara kami jelek. Aku berinisiatif untuk mencalonkan diri meski tidak terlalu yakin karena suaraku biasa saja. Dan bu guru Aini menyemangatiku bahwa kamu pasti bisa percaya diri lah kata bu Aini. Saat perlombaan itu dimulai aku kebagian nomber peserta ke dua. Aku sedikit nerpes. Karena ini pengalaman pertama aku ikut lomba bernyanyi. Ketika mengambil mik tanganku terlihat gemetar dan sangat deg-degan. Namun di bawah panggung teman-temanku menyemangatiku. Dan saat itu lah aku mulai menguasai diri dan mulai percaya diri ku bahwa aku bisa. Dan lagu pun selesai aku mendapatkan tepuk tangan yang luar biasa dari penonton. 9. JANGAN MENUNDA PEKERJAAN RUMAH Aku bernama Yanto aku kelas tiga SMP. Hari ini pak Rizal merupakan guru biologi dan dia memberikan tugas untuk esok hari pada papan tulis. Setelah pak Rizal selesai mengajar ia kembali ke ruang guru. Dan murid-murid mulai menyalin tugas yang harus di kerjakan besok. Ada 5 pertanyaan yang harus di jawab dan aku menganggap soal itu cukup mudah. Sehingga mungkin memerlukan 30 atau satu jam juga selesai. Dan saat waktu pulang ada temanku yang mengajak main ke rumahnya. Dan akupun ikut pergi ke rumahny lalu kami bermain PS sampai jam sore. Setelah sampai rumah aku bermalas- malasan di tempat tidur. Sehingga aku tertidur sampai pukul aku terperanjat dan teringat belum mengerjakan tugas. Dan aku mulai mengerjakan setelah menelaah soalnya aku tidak bisa menemukan jawaban dalam waktu satu jam yang perkirakan tadi. Soalnya cukup sulit sehingga sekarang jam sepuluh aku baru menyelesaikan 2 soal saya. Dan karena mengantuk aku mengakhiri tugasku dan tertidur. Pagi hari aku bangun telat karena tidur terlalu larut. Aku pikir nanti di sekolah aku bisa mengerjakan soal lainnya. Setelah di sekolah hanya tersisa lima belas menit lagi dan bel pun berbunyi. Dan sudahlah aku tidak bisa mengerjakan soal tersebut. Aku di tegur pak Rizal karena hanya aku yang tak selesai mengerjakan tugas dan di hukum berdiri di depan kelas sampai pelajaran selesai sebagai pelajaran kalau ada tugas janganlah di tunda selagi ada waktu lebih baik kerjakan sekarang. 10. PILIHAN SULIT Namaku Melisa aku merupakan anak SMP swasta kelas 2. Dan kini aku sudah menunggak uang SPP selama tida bulan dan jika dalam waktu tiga bulan lagi tidak di bayar maka aku tidak bisa mengikuti ujian semester. Ayahku hanya seorang penarik becak. Dimana sekarang pelanggannya sudah memilih naik taxi online atau grab di banding becak yang kurang estetik dan juga kurang aman itu. Pendapatan ayah pun kian hari kian menipis. Bahkan tak ada sama sekali sehingga membuat biaya SPP ku menunggak. Hanya 150 ribu. Itu jumlah yang tak seberapa namun untuk kalangan kami itu cukup sulit. Di jalan saat akan berangkat sekolah aku tak sengaja menemukan sebuah dompet hitam. Dan kebetulan di jalan itu sangat sepi. Aku melirik ke kanan ke kiri berharap ada orang yang bertanya mengenai dompet ini. Namun sudah 15 menit tak ada seorangpun yang mencari. Aku pun mulai membuka dompet tersebut kagetnya aku ternyata berjejer banyak uang merah lembaran. Aku mencari kartu KTP yang terselip di dompet tersebut dan membaca nama dan alamatnya. Karena telat aku memutuskan menyimpan dompet tersebut ke dalam tas. Dan akan mengembalikan nanti sepulang sekolah. Setelah pelajaran usai aku memisahkan diri dari yang lain. dan mulai merasa bimbang.“Itu rezekimu melisa, kamu butuh uang itu untuk biaya sekolah”“Tidak itu bukan hak mu kembalikan melisa”“Kamu juga bisa beli sepatu, tas dan mengganti seragam usangmu itu melisa dengan uang ini”“Jangan melisa itu bukan hak mu. Kembalikanlah” Begitu bersahutan rasanya di kepalaku percakapan hati dan pikiranku. Dan aku memutuskan untuk mengembalikan kepada yang punya. “Aku mungkin akan terbebas dari beban duniaku dengan uang ini, tapi urusan akhiratku mungkin akan lebih sulit jika menggunakan uang ini” Dan allah memberikan jalan keluar yang luar biasa dari pengalamanku ayahku mendapat banyak penumpang dan adanya pekerjaan sampingan lain sehingga kebutuhanku dapat tercukupi dengan baik.

Buguru masuk kekelasku. Aku sedang mencoret-coret kertas yang tak terpakai di dalam laci mejaku. Aku tak sabar ingin melihat hasilku yang selama ini aku lakukan dengan ikhlas. Semoga memuaskan “pkirku”. Hello semuanya kali ini aku mau memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum memposting tentang cerpen-cerpen anak indonesia ;) ok

Kisah Guru Yang Selalu Sabar Ketika Menghadapi SiswanyaDan Selalu Menginspirasi Serta Membuat SemangatOleh Rahmat Agung SuwarnoSuatu hari di sekolah tepatnya di dalam kelas ada pelajaran. Ada seorang siswa bernama Adhel. Dia sering protes di salah satu pelajaran yaitu pelajaran bersama Bu Sri Utami. Setiap hari terjadi begitu terus, entah apa yang dipikirkan Adhel. Lama kelamaaan si Rahmat Soebarno kesabarannya habis, dan dia menegur Adhel“Kenapa kamu selalu protes saat pelajaran? “Apa salah guru itu kepada kita?” tanya Rahmat. “Pelajarannya terlalu sulit terlalu, Gus,” jelas Adhel.“Astagfirullah, kalau pelajarannya terlalu rumit kamu bisa menjelaskan yang baik dengan Bu Sri Utami, bukan malah menegurnya seperti itu Adhel,” jelas RahmatTetapi dalam pelajaran lainnya Adhel tidak pernah protes. Hanya di pelajaran Bu Sri Utami saja. Hari berikutnya saat pelajaran itu lagi, kembali kelakuan Adhel seperti biasa. Dan kali ini Rahmat tidak menegur lagi. Karena malamnya Rahmat menge-chat Bu Sri Utami untuk menjelaskan semuanya“Bu, mohon maaf sebelumnya atas kejadian tadi saat pelajaran panjenengan ada teman yang protes. Saya berencana akan melaporkan ke Wali Kelas dan BK,“ jelas Rahmat.“Tidak usah Mat, santai aja. Kita menghadapi hal yang seperti itu kita harus bisa sabar,” kata Bu Sri Utami. Keesokan paginya, waktunya pelajarannya Bu Sri Utami. Selang beberapa menit di tengah-tengah pembelajaran, Bu Sri Utami berkata“Tolong biasakan kendalikan emosi. Siapa yang tidak menghormati gurunya, ilmu yang kalian dapat tidak akan bermanfaat dan tidak akan berkah. Jadi hormati Bapak dan Ibu Guru, supaya ilmu yang kalian dapat menjadi bermanfaat dan barokah, “ jelas Bu Sri hari kemudian pelajaran itu berhenti sementara, karena saat itu beliau ada tugas. Saya sangat merindukan pelajaran itu. Tiba-tiba Adhel menghampiri saya dan bertanya, “Gus, kamu merindukan pelajarannya Bu Ut?” tanya Adhel“Sebenarnya ya begitu, tapi beliau ada tugas, “ kata Rahmat“Bagaimana kabarnya Bu Ut?” tanya Adhel“Kenapa kamu menanyakan Bu Sri Utami? Dulu beliau saat di tengah-tengah kita, kamu selau protes dengan pelajaran beliau. Sekarang beliau tidak hadir kamu menanyakannya. Seharusnya kamu malu, “ kata Rahmat“Semoga Bu Sri Utami bisa hadir kembali ditengah-tengah kita lagi,” kata Rahmat dalam hati. Alhamdulillah memasuki semester 2 pembelajaran Bu Sri Utami mulai lagi dan sikap Adhelia sudah mulai berubah. Ketika pembelajaran Bu Sri Utami Adhelia sudah tidak protes lagi dan mengikuti pembelajaran itu dengan senang hati. Mulai masuk semester 2 ada cerita lagi. Cerita ini datang dari Mas Surisgai, Mas Fikri, dan Mbak Naila. Saat itu saat pelajaran Biologi sekaligus jadwal presentasi kelompoknya TRIO MARMUT, yaitu Mbak Sintya, Mbak Riang, Mbak Rizka, Mbak Vigma, dan Mas Diyo. Setelah mereka berpresentasi pasti ada pertanyaan dari Bu Sri Utami. Tiga siswa yang mendapat pertanyaan yaitu Mas Surisgei, Mas Fikri, dan Mbak Naila. Setelah itu mereka bertiga tidak dapat menjawab pertanyaan dari Bu Sri Utami. Terus Bu Sri Utami berkata, “Konsentrasi ya, kamu perlu konsentrasi. Your Foccus ya. Kalau kamu tidak fokus dan hanya mengomentari orang lain kamu akan kehilangan sesuatu, ilmunya hilang. Kalau susah konsentrasi, coba sholat 5 waktunya itu ditertibkan. Kalau sudah tertib itu Insya Allah akan ada peningkatan dalam diri kamu, “ jelas Bu Sri UtamiSetelah itu untuk mencairkan suasana beliau memutar lagu Tombo Ati karaoke. Siswa pertama yang menyanyikan adalah Mas Surisgei. Dan dari situlah Rahmad menamakan cerita itu dengan nama Kisah Kelas Dibalik Pelajaran Tombo Ati Kerinduan. Memang bagi Rahmad, pembelajaran beliau selalu menginspirasi. Bukan hanya Rahmad saja tapi siapa pun yang mengikuti pembelajaran bersama Bu Sri Utami akan merasakan kalau Bu Sri Utami adalah tokoh inspirasi. Suatu hari Rahmad pernah mengeluh, “Kenapa ya dari dulu nilai tetap begini. Ini salahku karena tidak belajar?“ kata Sri Utamu berkata,“ Wis tidak usah mengeluh, tetap berjuang. Seorang pendekar harus tangguh dan sabar, “ jelas Bu Sri BU Sri Utami adalah salah satu guru favorit Rahmad, tokoh inspirasi dan cerita ini pun diambil dari beliau yang sangat menginspirasi dan selalu membuat semangat. "Dari Bu Sri Utami saya belajar, bahwa semua manusia itu pasti akan mendapat ujian dari Allah. Bagaiman ketika kita diuji, jika kita diuji kita menghadapi ujian itu dengan kesabaran, tetap fokus untuk melangkah, tidak mengeluh, tetap tertib beribadah, Insya Allah kita akan bisa melampaui ujian itu itu dan bisa menuju kebahagiaan dan keberkahan dalam kehidupan," ujar RahmadBIO NARASI CERITA INI MENCERITAKAN TENTANG GURU YANG MENGINSPIRASI DAN YANG MEMBUAT SEMANGAT SISWANYA. KARENA GURU INI KESABARANNYA SANGAT MENGINSPIRASI. MAKA DARI ITU BBANYAK SISWA YANG SEMANGAT SAAT BEAJAR DENGAN BELIAU.

Gurumengecek kehadiran peserta didik. 3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan dan hubungannya dengan materi pembelajaran sebelumnya. 4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah-langkah, dan penilaian tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Hai, Sobat Guru Penyemangat, sudahkah kamu mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional kepada Gurumu Tercinta?Semoga sudah, ya, karena ucapan tersebut adalah secarik apresiasi sederhana yang mudah untuk disampaikan namun memiliki kesan yang mendalam bagi seorang ucapan Hari Guru sampai ke telinga guru dari tulusnya perkataan siswa, seketika itu pula guru merasa lebih bahagia di hari bahagianya daripada itu, di sini pula ingin menghadirkan cerpen dengan tema Hari Guru tentang Hari Guru berikut berisikan tentang motivasi dan inspirasi seorang guru untuk membangun pemikiran para Silakan langsung disimak saja yaCerpen Tentang Hari Guru Mengapa Bukan Guru SajaOleh Ozy V. Alandika“Indah, coba kamu maju ke depan dan kerjakan soal berikut ini?”“Indah kan sudah bisa, Bu. Mengapa kok Indah lagi yang maju, Bu?”Bu Guru yang mendengar bantahan halus dari seorang siswinya itu sontak terdiam namun tetap tersenyum seraya melirik siswa lain yang kira-kira masih jarang untuk maju ke memang demikian. Sebagai seorang siswi SMP kelas IX tingkahnya cukup nyeleneh. Biarpun demikian, dia bukanlah siswa yang nakal. Remaja ini pun menghormati guru, bahkan ia selalu mendapat peringkat 7 besar selama dua tahun ya, karena satu tahun terakhir dia masuk kelas unggulan, sikapnya mulai berubah dan sering menguji tiga bulan yang lalu, seorang mahasiswi yang sedang praktik mengajar dibikin menangis oleh Indah. Sengaja ia lemparkan soal sulit untuk menguji kemampuan guru PPL.“Coba Faris saja ya yang membantu Ibu mengerjakan soal di papan tulis. Hitung-hitung menambah pahala ilmu. Hehe.”Bu Guru tidak ambil pusing dengan sikap Indah. Ia tidak mau merusak konsentrasi siswa sekelas hanya gara-gara ingin memojokkan Indah seorang. Sudah pasti nanti Indah akan ngelunjak dan emosinya makin Baca Cerpen Guruku Pahlawanku*“Indah, hari ini Ibu minta tolong kamu yang mengerjakan soal berikut, ya. Soalnya tidak sulit, kok. Kita mengulang materi sejenak. Agar apa yang kalian pelajari tetap berbekas di ingatan.”“Yang lain saja ya, Bu. Indah tadi kan nilainya sudah dapat 100. Rasanya Indah sudah cukup mengerti dengan materi pelajaran di papan tulis.”“Ya sudah, kali ini Ibu minta tolong kepada Alan untuk mengerjakan soal Matematika di papan tulis. Tolong buatkan jalannya juga ya.”Berbeda dengan Indah, Alan pun sontak langsung maju ke depan dengan ceria. Alasannya sungguh bisa ditebak, bahwa soal di papan tulis sangatlah mudah. Bahkan, agaknya siswa peringkat terakhir di kelas ini pun bisa mengerjakan soal tersebut dengan soal di papan tulis dikerjakan dengan benar, Bu Guru pun mulai mengajukan pertanyaan kepada siswa.“Anak-anak sekalian, pernahkah kalian melihat pedagang mangga di pasar tradisional?”“Pernah, Bu.”“Apakah mangganya dijamin manis?”“Ada yang manis, tapi ada pula yang asam, Bu.”“Nah, cobalah kalian amati pedagang tersebut. Walaupun menjual mangga yang manis, para pedagang tidak segan mengorbankan sebuah mangga untuk kemudian dicicipi oleh calon pembeli. Apakah kalian tahu alasannya?”“Demi bisa memastikan bahwa mangga tersebut benar-benar manis, iya kan, Bu?”“Lho, tapi kan tadi pedagangnya sudah bilang bahwa mangganya manis?”Anak-anak pun terdiam seraya mengangguk. Tanpa memberi penjelasan tambahan pun seisi kelas sudah sangat mengerti bahwa manisnya sebuah mangga tidaklah cukup diwakili dengan kata-kata. Harus ada pembuktian, yaitu dengan diuji.“Oke, anak-anak, jadi kalian sudah mengerti kan mengapa Ibu menguji kalian untuk mengerjakan soal di papan tulis?”“Mengerti, Bu.”Termasuk Indah. Indah pun mulai menata kembali fokusnya pada kelas itu. Dirinya mulai menerima penjelasan Bu Guru, tapi masih ada satu pertanyaan terbesar yang mengganjal Baca Cerpen Belajar di Rumah Selama Pandemi“Bu, Indah boleh bertanya, kah?”“Iya, Indah. Silakan.”“Begini, Bu. Ibu kan sudah tahu tentang jawaban benar maupun salah sebuah soal. Mengapa tidak Ibu saja yang langsung memberitahu kami mana jawaban yang benar? Bukankah hal tersebut lebih cepat dan simpel, Bu?”Bu Guru pun tersenyum seraya menghela napas. Dalam hatinya, ada segenggam syukur dan kesal yang saling berpadu. Bersyukur karena ada siswa yang aktif bertanya, namun sedikit kesal gara-gara tingkah seorang siswa yang sangat akhirnya, ia memaklumi bahwa begitulah kegiatan belajar-mengajar. Mirip seperti desain kehidupan yang diperankan oleh seluruh anggota kelas.“Wah, bagus ini pertanyaannya. Baiklah, Indah, pertanyaannya mau Ibu jawab dengan panjang atau singkat saja, nih?”“Panjang dong, Bu. Hehehe,” pungkas Indah seraya tersenyum lebar“Baiklah, anak-anak sekalian. Karena tadi kita sudah bahas mangga dan sekarang ini di desa masih musim mangga, maka kita ulas kembali soal mangga, ya? Hehehe. Begini, sebelum menjawab pertanyaan Indah, Ibu ada pertanyaan untuk kalian semua. Menurut kalian, mengapa kok pekebun mangga malah memilih untuk menjual mangganya ke pasar atau ke gudang buah?”“Tentu saja agar mendapat keuntungan, Bu?” jawab siswa serentak“Lho, bukannya mangga tersebut bisa dikonsumsi sendiri?” bantah Bu GuruPara siswa pun berpikir sejenak, dan hanya butuh beberapa detik, Indah pun langsung mengancungkan tangannya.“Waduh. Pasti bosan si pekebun mangga karena makan mangga tiap hari. Bisa jadi mereka juga akan mengalami kerugian.”“Nah, betul sekali. Pas jawabannya. Anak-anak sekalian, Bu Guru maupun seluruh guru di dunia ini tidak ada bedanya dengan pekebun mangga. Jika Ibu hanya memakan ilmu untuk diri Ibu sendiri, maka sudah barang tentu diri ini akan mengalami kerugian tersebab sedikitnya memberi manfaat kepada orang lain.”Siswa seisi kelas pun sudah sangat mengerti dengan analogi inspiratif yang Bu Guru sampaikan. Indah pula demikian. Seuntai tanyanya sudah dijawab tuntas oleh Bu Guru.“O ya, anak-anak. Perlu kalian ketahui, Mustafa Kemal Ataturk dalam kutipannya mengatakan bahwa guru itu laksana lilin yang rela membakar dirinya sendiri demi menerangi jalan orang lain. Jadi, sampai di sini, adakah nanti dari kalian yang ingin menjadi guru seperti Ibu?”Beberapa siswa pun mengancungkan tangan dengan bangga, karena ternyata cita-cta mereka memang ingin menjadi seorang guru.“Wah, kalau begitu, pada Hari Guru nanti kami perlu berusaha lebih dalam mengapresiasi dan membahagiakan guru, bukan begitu, Bu?” tanya seorang siswa“Salah, temanku. Mengapresiasi dan membahagiakan guru tidak perlu menunggu hingga Hari Guru tiba, bahkan semestinya kita lakukan setiap hari,” tegas IndahBel pun berbunyi sebagai penanda usainya pelajaran di kelasnya Indah dan kawan-kawan. Tampak seluruh siswa sudah lebih ceria dari sebelumnya, yang menandakan bahwa tidak ada lagi kebingungan di antara mereka.*TAMAT*Nah, demikianlah tadi secarik cerpen sederhana tentang kisah guru dan murid di dalam kelas yang bisa Guru Penyemangat sajikan dalam rangka menyambut Hari Guru Nasional Tahun bermanfaat dan menginspirasi, ya. Beraniberbuat harus berani bertanggung jawab. Penyesalan tidak akan menyelesaikan masalah, namun justru membah parah keadaan. Sesama manusia semestinya tidak saling mencela dan menyiksa, karena cencerung melahirkan perpecahan. Penyesalan itu datangnya diakhir, oleh sebab itu pikirkan 2 kali sebelum berbuat 1 kali.
Hai Sobat Guru Penyemangat, apakah kamu adalah kakak yang sayang terhadapa adikmu, atau kamu adalah adik yang disayang oleh kakakmu?Ehem. Kisah kakak-adik memang penuh dengan suka duka, ya. Yang namanya saudara kandung tentu memiliki rasa saling peduli yang saja, tidak semua orang bisa menginterpretasikan kepedulian itu dengan cara yang sama. Seperti hasil penjumlahan dari angka dua. Tidak hanya 1+1, namun 9-7, 3-1, dan 0+2 hasilnya sama dengan berarti bahwa banyak jalan untuk menghadirkan di sini bakal menyajikan cerpen inspiratif tentang kakak yang sayang terhadap disimak yaCerpen Ayum di Kala HujanOleh Fahmi Nurdian SyahAyum adalah bocah yang gemar sekali memakai kaus oblong, berencana bermain bola bersama kawan sekampungnya setelah menghabiskan makan lodeh sisa kemarin terasa asin setelah beberapa kali dihangatkan, telah dilahap habis dalam sekejab karena lapar, Ayum hanya tidak sabar untuk bergabung bersama teman-teman yang menunggunya di lapangan dekat baru saja ia meletakkan piring kotor ke sumur, rintik gerimis mulai berjatuhan di atas kepala ia berlari mengentas pakaian kering yang dijemur di samping rumah dan membawanya masuk. Ibunya sedang tidak di rumah saat ini, bantu-bantu di acara pernikahan Mbak Dewi, anak kepala desa yang rumahnya berjarak cukup jauh dengan rumah ia dipasrahi ibunya untuk mengurus beberapa pekerjaan rumah menggantikan semakin lebat, tapi tak memadamkan niatnya untuk bermain bola, mau hujan-hujanan sekali pun. Toh, ia berencana pulang sebelum ibunya sampai di rumah Magrib. Ibunya tidak akan tahu, bisa marah kalau sampai ketahuan.“Mas, mau ke mana?” Suara lirih itu muncul ketika Ayum sampai di ambang pintu depan. Maya, adik perempuan Ayum baru saja bangun dari tidur siangnya. “Ke lapangan, kamu kok udah bangun, May. Kan baru sebentar kamu tidurnya,” tukas Ayum. “Jangan pergi, Mas, nanti aku sendirian.” Maya mulai merengek. “Sebentar aja, kok. Maya kan udah kelas satu, pasti berani jaga rumah sendirian.”Wajah Maya semakin tertekuk dan memerah, tiba-tiba tangisnya pecah. Dengan memelas gadis itu menghampiri abangnya.“Kok nangis sih, May? Biasanya kan kamu main di rumah sendirian!”Ayum mulai menaikkan suaranya kesal, hujan telah melebat, meski samar ia bisa mendengar sorak sorai dari telah bersenang-senang tanpanya, sementara Maya bersikukuh menahannya di rumah. Tangisan Maya semakin kencang, tangan mungilnya meraih ujung kaus Ayum sambil menarik-nariknya kecil. “Jangan tinggalin!”Semua suara seolah meledak-ledak dalam telinga Ayum membuat kepalanya serasa berputar, dalam hatinya ia dongkol karena rencananya hancur berkeping-keping dalam laki-laki tersebut mendorong adiknya hingga terjerembab ke lantai, Maya semakin histeris.“Diam dong, May! Jangan nangis lagi!” seru Ayum setengah panik, agaknya ia langsung merasa menyesal sampai hati memperlakukan adiknya seperti hampiri Maya yang masih terduduk di lantai dan membantunya berdiri. Kemudian ia baru menyadari sesuatu yang salah.“May, kamu 
.” Ayum menyentuh kening Maya yang telah basah oleh keringat. Suhunya panas. “Kamu sakit, May?” Ayum jawaban berarti yang keluar dari mulut Maya selain rintihan dan kilas ingatan tadi pagi terputar di otaknya, ketika ibunya berpesan untuk mengurus rumah saat kepergiannya juga menjaga adik hanya mengiyakan saja saat itu, bahkan tak menyadari Maya yang sejak pagi tidak keluar dari saja ibunya telah memberitahunya bila Maya sedang demam, namun Ayum tak mendengarkan lantaran sibuk dengan tayangan kartun favoritnya di ibunya telah memberi amanah padanya, bagaimana bisa ia sampai lalai dan membuat adiknya kesakitan seperti ini?“May, kamu tunggu sebentar, ya?” Ayum bergegas meluncur ke bufet di tengah ruangan, membuka laci di sayap kiri tempat ibunya biasa menaruh obat dan salep di ia hanya menemukan wadah tablet kosong obat pereda demam anak yang biasa ibu berikan pada Maya saat cara mendapatkan obat itu adalah membelinya di toko kelontong milik Pak Samin di RT sebelah. Cukup jauh kembali kepada Maya yang masih berdiri gamang, berusaha meredakan isakannya. “May, obatmu habis, Mas harus beli ke toko. Kamu Mas tinggal sebentar, ya?”“Enggak mau 
 jangan tinggalin aku, Mas. Maya takut sendirian.”Ayum bisa paham, di hujan selebat itu rawan pemadaman listrik secara tiba-tiba di daerahnya. Mana tega ia membiarkan Maya sendirian di rumahnya yang Ayum memutar otak, kaki lincahnya berlari ke teras yang telah dibanjiri kubangan air hujan. Kepalanya melongok ke kanan dan ke kiri tak sabar.“Mbah! Mbah Woh!” seru Ayum berusaha memanggil sosok tua yang sedang menyapu air hujan dari lantai teras di sebelah rumah, dipanggil tak menyahut, tidak dengar. Suara Ayum kalah dengan suara gemas Ayum berlari menembus tirai hujan menghampiri Mbah Woh. Alangkah terkejutnya beliau melihat bocah gundul itu sekonyong-konyong muncul di sisi terasnya.“Duh Ayum, kaget aku! Kirain tuyul!”Biasanya Ayum akan mencak-mencak tak terima setelah dikatain “tuyul” oleh Mbah Woh seperti kali ini ia sama sekali tidak sempat, kekhawatirannya terhadap Maya jauh lebih menguasainya.“Boleh minta tolong jagain Maya? Aku mau beli obat buat dia,” jelas Ayum langsung.“Loh, Nduk Maya lagi sakit?”“Iya Mbah, aku enggak lama, Kok!” Ayum Woh seketika meletakkan sapu ijuk yang dipakainya. “Iya kamu pergi sana biar Maya mbah yang jagain, hati-hati lagi hujan jalanan licin. Pakai paying, kan?”“Aku naik sepeda, Mbah. Lebih cepat.”Mbah Woh mengangguk. Maya telah aman bersama Mbah Woh di rumah. Dengan tergesa, Ayum menuntun sepeda usangnya keluar dari kayuh pedal sepedanya sekuat yang ia bisa, jalanan utama di kampungnya masih berupa tanah setapak yang langsung berubah jadi kubangan lumpur ketika musim medan yang dilauinya membuat Ayum lebih berhati-hati, ia tak ingin jatuh dan membuat badannya bau melewati padang lapangan yang dipenuhi kawan sepermainannya. Bocah itu hanya menatap mereka getir sembari terus mengayuh sepedanya.“Woy! Ipin mau kemana?” tegur Ali, salah seorang temannya yang kerap mengusilinya dengan memanggilnya “Ipin”.“Aku enggak main dulu!” balas Ayum sambil memelesat melintasi hujan yang sedari tadi mengguyurnya tanpa ampun kini mulai membuat tubuh kurus bocah kelas enam sekolah dasar tersebut menggigil dari ujung kepala plontosnya hingga ke ujung jari melewati jalanan utama ia akan lebih lambat sampai ke tujuan, Ayum pun membanting setang sepedanya belok melewati gang kecil di antara kebun terong dan di sana hamper banjir oleh air yang telah naik melewati parit. Bagai mengayuh dalam air, kakinya terasa amat bukan Ayum namanya kalau ia menyerah begitu depan terdapat pohon tua gundul yang cabangnya menjorok ke atas seperti jari-jari menyeramkan milik penyihir di televisi, di situlah ia harus berbelok, melewati jalan menurun yang membayangkan dirinya berada di atas tubuh seekor naga berbentuk ular yang melaju kencang menembus dan mulus, itu yang ia harapkan hingga dilihatnya persimpangan yang menunjukkan jalan yang lebih lapang di depan. Ia nyaris Samin sedang menyeruput kopi hangatnya di emperan toko yang teduh ketika Ayum baru sampai di tokonya. “MasyaAllah! Kamu sampai hujan-hujanan gini ke toko mau beli apa, Nak?” tanya Pak Samin cenderung heran. “Obat Pak, cepat! Maya lagi sakit di rumah!”Hujan sedikit mereda ketika Ayum berada di perjalanan pulang, kantung plastik yang ia gantung di setangnya telah ia parkirkan sepedanya sembarangan di halaman yang berlumpur, Ayum bergegas masuk. Hanya saja ia tak menyangka, sang ibu telah berada di kamar Maya bersama adiknya yang telah terlelap. “Ibu 
 Maya udah tidur?” tanya Ayum.“Baru saja, dia manggilin kamu terus, loh. Kamu dari toko kata Mbah Woh?” jawab ibunya kalem. Wajahnya datar tak menampakkan ekspresi yang sadar bahwa ia langsung masuk ke rumah tanpa mengeringkat kakinya atau badannya terlebih langsung terkatup, melirik ibunya ragu. Takut ibunya akan marah selepas ini, beliau paling tak suka ada lumpur di lantai rumah.“Eh Kak Ayum udah pulang, obatnya udah dapat?” sambut Mbah Woh yang muncul dari arah dapur, membawa senampan teko berisi minuman hangat—kentara dari uap yang menyembul keluar—dan beberapa mengangguk pelan tanpa berminat menjawab.“Ibu lupa kasih tau kalau obatnya Maya ibu taruh di atas kulkas.” Kali ini ibunya kembali bicara, wajah ayunya yang semakin dipenuhi keriput tersenyum tipis.“Kamu langsung beli obat baru rupanya, rumah udah dirapikan, jemuran juga sudah diangkat. Ibu senang kamu kakak yang bisa diandalkan.”“Bapak di surga pasti juga bangga sama Ayum.” Ibunya melanjutkan, Ayum semakin bungkam menahan tangis haru.~ Selesai ~
Sebuahblog yang berisi cerpen-cerpen dari kumpulan fiksimini. Siapapun bisa mengirim cerpen ke sini. anaknya yang di IPA 2, bajunya dikeluar-keluarin kagak ada guru yang protes!” timpal Randy bersemangat lalu melanjutkan “Nih ya, gue dulu pas kelas 1 sekelas sama anaknya yang cewek itu. Nah, waktu itu ada anak kelas gue namanya Lia
ï»żKompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Aku dari kecil mempunyai cita-cita mempunyai profesi mulia yakni "GURU".Saat aku duduk dibangku sekolah selalu mempunyai penilaiam seorang guru adalah sosok termulia di dunia. Menjadi tauladan bagiku berseragam rapi bertutur kata lembut,penuh kasih sayang terhadap semua orang Guru favoritku saat di bangku SD seorang ibu guru yang cantik ramah bernama" ibu ratih ".Hari berganti bulan berganti tahun diriku sudah lulus SMA saat menerima ijazah kelulusan SMA mama dan papa bertanya padaku"Kamu mau masuk kuliah ke mana?" Tanpa panjang lebar aku menjawab pertanyaan mama dan papa, "Aku mau masuk kuliah ke universitas pendidikan biar aku bisa menjadi GURU ma pa". Mama dan papaku bahagia dan bangga aku memilih universitas pendidikan. Mereka memelukku dengan erat penuh harapan diriku pasti menjadi bergegas menyuruhku memilih universitas pendidikan terbaik. Akhirnya aku mengikuti tes penerimaan mahasiswa baru di universitas pendidikan. Selang beberapa bulan pengumuman kelulusan penerimaan mahasiswa universitas pendidikan tertera namaku lulus dengan nilai berusaha belajar dengan serajin mungkin untuk mencapai nilai terbaik lulus dengan predikat sarjana 1 aku lewati dengan IPK terbaik di fakultas pendidikan nilai IPK terbaik, namaku terkenal difakultas dan kampungku. Malam berganti pagi yang indah cerah angin bertiup sejuk penuh sosok seorang lelaki dewasa berseragam rapih mengetuk pintu rumahku, "Tok, tok, tok," suara di balik pintu "Assalamualikum, selamat pagi" suara sang lelaki berseragam Tak lama kemudian mama membuka pintu, "Waalaikum salam, anda bapak kepalah sekolah di SD sebelah y pak"."Maaf ada perlu apa ya pak ?" tanya mamaku"Saya mau bertemu dengan putri ibu" Mama bergegas memanggilku untuk ke teras ngobrol dengan bapak kepalah terasa detik berganti menit ke jam aku ngobrol dengan bapak kepalah sekolah. Ternyata bapak kepalah sekolah menawarkan apakah aku bersedia menjadi guru di SD sebelah saat tidak ada jam kuliah karena mendengar diriku termasuk mahasiswi terbaik di kampus. Aku kaget terdiam bahagia bisa ngajar di tempat SD ku dulu dalam hati bergumam, "Aku masih semester satu tapi ada yang menawariku menjadi guru".Ini sebuah mimpi anak SD menjadi kenyataan, tanpa berfikir panjang tanpa bertanya lagi pada mama dan papa aku terima tawaran bapak kepsek SD sebelah fajar tersenyum indah pagi cerah menyapa dengan bahagia aku bergegas memakai baju rapi, berkerudung penuh hitam menandakan kedisiplinan, dan membawa tas mungil aku berkaca dalam hati bergumam "Aku bak seorang guru favoritku saat di bangku SD bu ratih" Aku berjalan menuju gerbang SD saat satpam membukakan gerbang tersenyum menyapaku "Enam setengah tahun yang lalu kamu seorang murid sekarang kamu seorang guru" sapaan satpam Dengan tersenyum aku menjawab, "Iya ya pak takdir manusia hanya tuhan yang tauh"Aku melangkakahkan kakiku ke sebuah ruangan yang berlabelkan kantor guru. Aku disambut seorang ibu guru yang cantik yakni guru favoritku ibu ratih penuh senyum kehangatan berganti bulan, bulan berganti tahun, tak terasa aku mengabdikan diri di SD ini sudah satu tahun aku mulai mengenal, paham mengerti lingkungan sekolah terutama karakter peserta didik dan tak ku sangkah tak ku duga kehidupan profesi muliah tak seindah sesuci yang aku nilai saat duduk di bangku sekolah. Ada satu dua guru yang berkarakter suka ngibah, fitnah, adu domba dan bahkan ada perselingkuhan di jam bel pulang berbunyi aku keluar kelas menuju ruangan UKS untuk mengambil obat sakit perut aku tak sengaja melihat pemandangan yang membuatku tak sadar ini mimpi atau nyata guru favoritku dibangku ratih bermesraan dengan pak guru yang bukan muhrimnya. Mereka sama-sama mempunyai keluarga tapi melakukan hal sekeji itu di tempat muliah berlabelkan guru. Dengen meneteskan air mata aku pelan-pelan berjalan mundur meninggalkan ruangan UKS aku bersedih penuh kekecewaan kenapa guru favoritku teladanku seperti itu. 1 2 3 4 Lihat Cerpen Selengkapnya zUOylg. 214 18 381 164 479 213 323 352 435

cerpen tentang guru yang sabar