2Pemeriksaan Penunjang Thalassemia pada Ibu Hamil. Ditinjau oleh: dr. Verury Verona Handayani : 18 Oktober 2020. Halodoc, Jakarta - Thalassemia adalah kelainan darah bawaan (genetik) yang terjadi ketika gen yang bermutasi memengaruhi kemampuan tubuh untuk membuat hemoglobin yang sehat, yakni protein kaya zat besi yang ditemukan dalam sel darah
Halodoc, Jakarta - Selama kehamilan, plasenta ibu menempel pada dinding rahim dan terlepas setelah melahirkan. Plasenta akreta adalah komplikasi yang terjadi saat kehamilan. Ini merupakan kondisi yang serius yang dapat terjadi saat plasenta menempel terlalu dalam ke dinding rahim. Plasenta akreta menyebabkan sebagian atau seluruh plasenta tetap melekat kuat pada rahim saat melahirkan. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat setelah melahirkan. Kondisi plasenta akreta juga dianggap sebagai komplikasi kehamilan yang berpotensi mengancam jiwa. Bagaimana plasenta akreta dapat didiagnosis?Baca juga Dampak Plasenta Akreta Terhadap Ibu dan Bayi yang Perlu DiketahuiPentingnya Diagnosis Plasenta Akreta Sejak Dini Sering kali plasenta akreta ditemukan selama persalinan. Namun, kebanyakan ibu hamil didiagnosis memiliki kondisi ini selama kehamilan. Dokter biasanya akan melakukan persalinan sesar dini, kemudian mengangkat rahim ibu jika komplikasi terdeteksi sebelum melahirkan. Pengangkatan rahim ini disebut histerektomi. Plasenta akreta terkadang didiagnosis selama pemeriksaan ultrasonografi USG rutin. Namun, dokter biasanya juga akan melakukan beberapa tes untuk memastikan plasenta tidak tumbuh ke dinding rahim apabila ibu memiliki beberapa faktor risiko untuk plasenta akreta. Beberapa pemeriksaan umum untuk mengecek plasenta akreta meliputi tes pencitraan, seperti ultrasonografi atau magnetic resonance imaging MRI, dan tes darah untuk memeriksa alfa-fetoprotein tingkat tinggi. Diagnosis dini plasenta akreta sangat penting dilakukan karena dapat memungkinkan beberapa perawatan selama kehamilan. Tergantung pada jenis dan tingkat keparahan kondisinya, dokter mungkin perlu terlihat dalam perawatan ibu. Tindakan yang diambil cukup serius dan perlu ada upaya untuk mencegah pengangkatan rahim histerektomi atau kehilangan darah yang dapat mengancam jiwa. Baca juga Ketahui Penyebab dan Komplikasi Plasenta Akreta pada Ibu HamilPada kasus yang parah, histerektomi dan transfusi darah mungkin tidak dapat dihindari walaupun sudah dilakukan diagnosis dini. Namun, risiko untuk komplikasi lain dapat dicegah. Pemantauan kehamilan yang berkelanjutan akan diperlukan setelah diagnosis plasenta akreta untuk memastikan hasil terbaik untuk ibu dan anak. Penyebab dan Faktor Risiko Terjadinya Plasenta AkretaBelum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan plasenta akreta. Namun, ahli menduga kondisi ini berkaitan dengan kelainan yang ada dalam lapisan rahim dan tingginya alfa-fetoprotein, protein yang diproduksi oleh bayi yang dapat dideteksi dalam darah ibu. Ketidakteraturan kondisi ini dapat disebabkan oleh jaringan parut setelah operasi sesar atau operasi rahim. Bekas luka ini memungkinkan plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim. Ibu hamil yang sebagian atau seluruh plasenta menutupi serviksnya plasenta previa juga berisiko tinggi mengalami plasenta akreta. Namun, dalam beberapa kasus, plasenta akreta terjadi pada wanita tanpa riwayat operasi uterus atau plasenta previa. Melakukan tindakan persalinan sesar meningkatkan risiko plasenta akreta pada perempuan pada kehamilan berikutnya. Semakin sering operasi sesar yang dilakukan oleh seorang perempuan, maka semakin besar pula risikonya. Perempuan yang pernah melakukan sekali operasi sesar, memiliki kemungkinan 60 persen mengalami plasenta akreta. Baca juga Operasi Angkat Rahim untuk Pengobatan Plasenta AkretaSelain penyebab dan faktor di atas, beberapa faktor risiko lainnya juga meningkatkan seorang perempuan mengalami plasenta akreta, yaituPlasenta terletak di bagian bawah hamil di atas 35 kelainan rahim, seperti jaringan parut atau fibroid. Apabila plasenta akreta didiagnosis dan diobati dengan tepat, ibu hamil biasanya memiliki kesempatan untuk pulih sepenuhnya tanpa komplikasi yang berlangsung lama. Hanya saja, tidak ada cara untuk mencegah plasenta akreta. Hal yang perlu dilakukan hanyalah pemantauan kehamilan oleh dokter dengan cermat untuk mencegah terjadinya komplikasi jika ibu didiagnosis dengan kondisi ini. Itulah yang perlu ibu ketahui mengenai plasenta akreta. Jika ibu memiliki masalah terkait kehamilan saat ini, sebaiknya segera bicarakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc mengenai penanganan dan pencegahannya. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!ReferensiHealthline. Diakses pada 2020. Pregnancy Complications Placenta Clinic. Diakses pada 2020. Placenta Accreta Diagnosis and Tests.
PemeriksaanUSG pada trimester pertama atau usia kandungan sekitar 10-14 minggu bertujuan untuk memastikan usia kehamilan dan melihat apakah sudah terbentuk kantong kehamilan. USG yang dilakukan pada terimester pertama juga berguna untuk memastikan tidak terjadinya kehamilan di luar rahim atau kehamilan ektopik. Trimester kedua
Halodoc, Jakarta – Eklampsia pada ibu hamil merupakan kondisi gawat darurat dan harus segera ditangani. Jika tidak, gangguan yang merupakan lanjutan dari preeklamsia ini bisa memicu dampak berbahaya bagi ibu maupun janin yang tengah dikandung. Gejala utama eklampsia adalah kejang-kejang yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan darah alias hipertensi. Kondisi ini sebenarnya jarang terjadi, namun ibu hamil tetap memiliki risiko mengalaminya terutama jika memiliki riwayat hipertensi atau preeklampsia selama masa kehamilan. Waspadai jika ibu hamil mengalami kejang-kejang hingga penurunan kesadaran atau tatapan mata yang kosong. Jika tidak segera ditangani, eklampsia pada ibu hamil bisa menyebabkan komplikasi yang bersifat bahaya, bahkan berujung pada kematian. Lantas, bagaimanakah cara mendiagnosis kondisi eklampsia pada ibu hamil? Baca juga Mitos atau Fakta, Preeklamsia dalam Kehamilan bisa Terulang Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Eklampsia pada Ibu Hamil Eklampsia maupun preeklamsia adalah kondisi yang sebaiknya dihindari wanita hamil. Cara terbaik untuk menghindari kedua kondisi ini adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan kandungan, sehingga risiko preeklamsia bisa terdeteksi pada masa-masa awal kehamilan. Dengan begitu, kemungkinan preeklampsia berkembang menjadi kejang atau eklampsia pun bisa diminimalisir. Sebelumnya perlu diketahui, preeklampsia adalah gangguan kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi alias hipertensi dan tanda-tanda kerusakan organ lain. Kondisi ini sering menyebabkan gangguan pada organ seperti kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine. Kondisi ini rentan menyerang pada trimester ketiga atau masa-masa akhir kehamilan, dan bisa memicu kejang alias eklampsia saat semakin mendekati proses persalinan. Eklampsia yang tidak ditangani segera bisa memicu terjadinya komplikasi, baik bagi ibu hamil maupun janin yang dikandung. Kondisi ini bisa menyebabkan ibu hamil dan bayi mengalami kerusakan saraf otak permanen, kerusakan organ ginjal dan hati, hingga yang paling parah bisa menyebabkan kematian akibat kejang yang terjadi. Saat ibu hamil mengalami kejang, dokter akan melakukan beberapa jenis pemeriksaan untuk memastikan kondisi tersebut merupakan gejala eklampsia atau bukan. Pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah Tes Darah Preeklampsia dan eklampsia sangat berkaitan dengan tekanan darah. Maka dari itu, pemeriksaan darah menjadi salah satu tes yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini. Pemeriksaan ini mencakup perhitungan sel darah lengkap yang bisa membantu menunjukkan wanita hamil mengalami preeklamsia atau gangguan lain. Penghitungan sel darah lengkap juga dapat digunakan untuk melihat kadar bilirubin dan serum haptoglobin dalam darah. Selain itu, akan diamati juga jumlah sel darah merah per volume darah. Sel darah merah bertugas mengangkut oksigen agar asupan oksigen bagi ibu hamil dan janin yang dikandung tetap terjaga serta terpenuhi. Baca juga Ibu Hamil Alami Kejang, Apa Sebabnya? Tes Kreatinin Kerusakan ginjal bisa menjadi salah satu tanda wanita hamil mengalami eklampsia. Untuk memastikan kerusakan terjadi karena gangguan ini, perlu dilakukan tes fungsi ginjal, salah satunya tes serum kreatinin. Zat ini merupakan hasil buangan dari otot yang dialirkan melalui darah serta dikeluarkan melalui ginjal. Namun, saat ginjal mengalami kerusakan karena eklampsia, proses ini jadi terganggu kemudian menyebabkan kadar kreatinin bertambah dan tak dapat disaring. Tes Urine Kemungkinan preeklampsia dan eklampsia juga bisa dilihat melalui tes urine. Pada pemeriksaan ini, akan dilihat ada atau tidak keberadaan protein dalam urine yang merupakan salah satu tanda penting terjadinya preeklamsia dan eklamsia pada ibu hamil. Baca juga 5 Cara Cegah Preeklampsia Usai Persalinan Masih penasaran tentang eklampsia dan cara mendiagnosisnya? Tanya dokter di aplikasi Halodoc saja. Dokter bisa dengan mudah dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download sekarang di App Store dan Google Play! Referensi Medicinet. Diakses pada 2019. Preeclampsia and eclampsia facts. Healthline. Diakses pada 2019. Eclampsia.
x0J73A2. 386 208 372 432 220 125 358 85 426
pemeriksaan penunjang pada ibu hamil